Perpusnas Press Terbitkan Buku G20 Bahasa Indonesia-Inggris Inisiatif Perkumpulan Rumah Produktif Indonesia
Perpusnas Press akan menerbitkan buku berjudul “Pulih Bersama Bangkit Perkasa: Gagasan Optimis dari Indonesia untuk Kebangkitan Dunia Pasca Pandemi Covid-19” yang diinisiasi Perkumpulan Rumah Produktif Indonesia (RPI).
Buku G20 tersebut diberi sambutan oleh Kepala Perpustakaan Nasional RI M. Syarif Bando. “Perpustakaan Nasional RI menyambut baik inisiatif penerbitan buku ini dalam rangka menyukseskan event internasional G20,” tulis M. Syarif Bando dalam sambutannya. Amanat Presidensi G20 menurut Syarif Bando sangat strategis untuk menampilkan peran Indonesia dalam menyelesaikan berbagai masalah global.
Sementara itu, Pemimpin Redaksi Perpusnas Press Edi Wiyono mengatakan bahwa Perpusnas Press sebagai lembaga penerbitan yang berdiri sejak 23 Juli 2019 berkomitmen menerbitkan karya tulis dalam upaya membantu penulis Indonesia agar mendapatkan akses penerbitan. “Sampai saat ini, Perpusnas Press telah menerbitkan ratusan karya tulis dari berbagai genre,” tambah Edi Wiyono.
Buku G20 terbitan Perpusnas Press awalnya adalah kelanjutan kolaborasi penerbitan antara Rumah Produktif Indonesia dengan Perpusnas Press. “Sebelumnya, kami telah menerbitkan buku Sehimpun Mutiara Literasi Indonesia di Perpusnas Press, dan selanjutnya dalam diskusi dengan Pak Edi Wiyono muncul gagasan untuk menyukseskan G20 dengan penerbitan buku,” kata Yanuardi Syukur, inisiator dan editor buku tersebut.
Yanuardi menyebut, setelah gagasan tersebut disepakati antara Perpusnas Press dan RPI, ia kemudian membuat panduan penulisan dan mengajak banyak orang ikut serta menuangkan gagasannya. “Awalnya, peserta yang berminat ikut ada lebih 300 orang dalam 2 grup Whatsapp, kemudian yang berhasil mengirimkan karya sebanyak 150 orang,” tambah Dosen Antropologi Universitas Khairun tersebut.
Dalam perjalanannya, sebagai editor Yanuardi Syukur dibantu oleh Dosen IAIN Kudus Anisah Setyaningrum dan Kepala Bidang Pengembangan Bisnis Kementerian BUMN Sitta Rosdaniah. Kolaborasi itu akhirnya selesai dalam buku 4 jilid dwi bahasa, Indonesia dan Inggris.
Buku 1 terdiri dari 2 bab, yakni Bab 1 “Kerja sama Internasional: Diplomasi Tangan di Atas Indonesia dalam Menciptakan Perdamaian Dunia, Meningkatkan Harkat Kemanusiaan dan Menjadi Perantara Terciptanya Ketahanan Global dan Bab 2 berjudul “Transformasi Digital: Literasi, Keamanan, dan Produktivitas di Zaman Baru.” Buku ini ditulis oleh Dubes Bunyan Saptomo dkk.
Buku 2 terdiri dari 3 bab, yakni “Ekosistem Semesta: Memuliakan Bumi, Mengantisipasi Perubahan Iklim dan Membangun Infrastruktur Berkelanjutan Ramah Lingkungan”, “Kesehatan Global: Mengatasi Kekurangan Gizi, Masalah Mental dan Target Ketercapaian Vaksinasi Covid-19”, serta “Sumber Daya Manusia dan Kepemudaan: Menyiapkan Manusia Unggul Kolaboratif dan Anti-Korupsi dalam Memasuki Dunia Kerja.” Buku ini ditulis oleh Sosiolog Dr. Herman Oesman dkk.
Buku 3 terdiri dari 3 bab, yakni “Kebudayaan: Globalisasi Pancasila Membangun Peradaban Dunia Berkelanjutan”, “Moderasi: Mengarustamakan Pemikiran Pertengahan Sejak Dini sebagai Tonggak Kolaborasi Membangun Dunia yang Damai”, dan “Pemberdayaan Perempuan: Meningkatkan Kapasitas, Menghapus Kekerasan Seksual dan Menciptakan Pemimpin Perempuan.” Buku ini ditulis oleh Dr. Aan Rukmana dkk.
Sedangkan Buku 4 terdiri dari 2 bab, yakni “Ekonomi dan Pariwisata: Membangkitkan dan Memulihkan Ekonomi Indonesia dan Dunia” dan “Pendidikan: Menyiapkan Generasi Emas Indonesia Berkapasitas Global untuk Berkontribusi dalam Pembangunan Dunia.” Buku ini ditulis oleh Guntur Subagja Mahardika dkk.
Menurut Yanuardi Syukur, buku ini adalah kontribusi gagasan dari masyarakat sipil Indonesia untuk berbagai isu yang melanda masyarakat global. “Sejauh ini, sejak KTT G20 pertama 2008 di Amerika Serikat, kemudian berlanjut ke Inggris, Amerika Serikat, Kanada, Korea Selatan, Perancis, Meksiko, Rusia, Australia, Turki, China, Jerman, Argentina, Jepang, Saudi Arabia, hingga Italia 2021, kita belum mendapatkan gagasan kolaboratif masyarakat sipil di negara host tersebut,” kata Yanuardi.
Kolaborasi 150 penulis dalam buku ini menurutnya adalah bagian dari peran penting masyarakat untuk menyukseskan event internasional yang dipercayakan masyarakat dunia pada Indonesia. Dia berharap, Presidensi G20 selanjutnya, baik di India, Brazil atau Afrika Selatan turut disupport oleh gagasan dari masyarakat sipil. “Agar isu internasional tidak hanya dipikirkan dan diimplementasikan secara top down, tapi lebih bagus lagi jika ada bottom up,” tambah Yanuardi yang juga Peneliti Center for Strategic Policy Studies UI.
Gagasan yang ada dalam buku ini tidak hanya berfokus pada 3 isu prioritas G20 Indonesia, yakni arsitektur kesehatan global, transisi energi berkelanjutan, dan transformasi digital dan ekonomi, tapi diperluas pada isu-isu terkait di Indonesia seperti moderasi, ekosistem, kepemudaan dan juga kepemimpinan perempuan.
Rumah Produktif Indonesia adalah perkumpulan yang didirikan oleh Yanuardi Syukur sejak Maret 2020 sebagai upaya menjadi pribadi produktif di masa pandemi. Perkumpulan ini telah mendapatkan SK Kementerian Hukum dan HAM RI sejak tahun 2020.
“Buku ini diharapkan dapat memperkuat kolaborasi gagasan dari masyarakat sipil Indonesia sekaligus sebagai masukan bagi berbagai isu yang dibahas dalam rangkaian event Presidensi G20 Indonesia,” tambah Yanuardi Syukur.
Selain itu, berbagai gagasan dalam buku ini juga akan didiseminasi dalam International Conference on Indonesia and Global Affairs (ICIGA) yang digagas Rumah Produktif Indonesia selama September hingga Desember 2022.