Melestarikan Bahasa Wolio Melalui Guru dan Komunitas di Kota Baubau dan Kabupaten Buton Selatan
SULTRAMERDEKA.COM — Upaya pelestarian bahasa Wolio sebagai salah satu warisan budaya di Kepulauan Buton terus dilakukan secara serius.
Salah satu upaya dilakukan melalui Balai Bahasa Provinsi Sulawesi Tenggara (BBP Sultra) yang menyelenggarakan Peningkatan Kompetensi Guru Utama sebagai bagian dari program Revitalisasi Bahasa Daerah (RBD) 2025.
Kegiatan ini dilaksanakan pada 16–20 Juni 2025 di Kota Baubau dan diikuti oleh 80 peserta, terdiri dari 76 guru SD dan SMP serta 4 pegiat komunitas dari Kota Baubau dan Kabupaten Buton Selatan.
Kegiatan ini turut dihadiri oleh berbagai tokoh penting, termasuk Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Baubau, Eko Prasetya, yang mewakili Wali Kota Baubau; Sultan Buton dan Ketua Lembaga Adat Kesultanan Buton, La Ode Muh. Shamsul Qomar; Kepala BBP Sultra, Dewi Pridayanti; serta para pimpinan dinas pendidikan dan kebudayaan dari Buton Selatan.
Kepala BBP Sultra, Dewi Pridayanti, menyampaikan bahwa tahun ini, dua bahasa daerah menjadi sasaran revitalisasi, yakni bahasa Tolaki dan Wolio. Ia menekankan pentingnya kolaborasi dalam pelestarian bahasa daerah.
“Dalam melaksanakan revitalisasi ini kami tidak bisa sendiri. Kami harus bergandengan tangan dengan pemerintah daerah. Kami (BBP Sultra) hanya pemantik, tetapi kewenangan bahasa daerah tetap berada di tangan pemerintah daerah,” ujar Dewi.
Ia juga berharap para peserta dapat menularkan ilmu yang diperoleh kepada rekan guru dan generasi muda.
“Bahasa daerah mulai ditinggalkan generasi muda. Padahal bahasa daerah adalah identitas dan jati diri kita. Terlambat tidak mengapa, karena jika bukan kita siapa lagi yang akan melestarikannya,” tambahnya.
Sultan Buton, La Ode Muh. Shamsul Qomar, menyatakan bahwa revitalisasi ini penting untuk membangkitkan kembali rasa bangga terhadap bahasa Wolio.
Ia juga menekankan perlunya pengajaran bahasa daerah sejak usia dini dan pentingnya ketersediaan bahan bacaan berbahasa Wolio.
“Saya berterima kasih kepada BBP Sultra yang telah menyelenggarakan kegiatan ini. Semoga kegiatan ini memberi manfaat besar dalam pelestarian bahasa Wolio,” terangnya.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Baubau, Eko Prasetya, menambahkan bahwa kegiatan ini sejalan dengan visi Kota Baubau sebagai kota budaya yang cerdas, sejahtera, dan bermartabat.
“Bahasa Wolio adalah kebanggaan kita bersama. Tidak semua daerah memiliki bahasa sendiri. Kepemilikan bahasa adalah salah satu bentuk peradaban tinggi,” katanya.
Ia juga menjelaskan bahwa Pemkot Baubau telah meluncurkan program “Belajar Wolio” untuk jenjang SD dan “Buri Wolio” untuk tingkat SMP sebagai langkah nyata dalam pelestarian bahasa daerah.
Dalam kegiatan ini, BBP Sultra turut menyerahkan cenderamata berupa buku-buku terbitan mereka kepada Pemkot Baubau dan Lembaga Adat Kesultanan Buton.
Para narasumber yang terlibat dalam pelatihan berasal dari berbagai bidang, seperti maestro bahasa Wolio La Ode Alirman, komedian Arif Tasila, pendongeng Agus Slamet, dan penulis cerpen Abdul Weas.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program nasional RBD 2025 yang dilaksanakan oleh 30 balai/kantor bahasa di seluruh Indonesia.
Usai pelatihan, para guru utama akan melakukan pengimbasan di sekolah atau komunitas masing-masing, dan berlanjut ke Festival Tunas Bahasa Ibu di tingkat kabupaten/kota hingga provinsi.
Program ini diharapkan dapat memperkuat posisi bahasa daerah sebagai identitas budaya yang tetap hidup di tengah arus modernisasi.(sm-02)