Peran Keluarga dan Masyarakat dalam Penanggulangan Stunting: Upaya Menuju Generasi Emas 2045
Penulis: Ruwiah, SP., M.Kes (Mahasiswa Program Studi Doktoral Ilmu Kesehatan Masyarakat Kelas Kerja Sama Universitas Hasanuddin 2024)
Stunting adalah salah satu masalah gizi yang paling mendesak di tingkat global. Menurut data dari World Health Organization (WHO) dan UNICEF prevalensi global pada tahun 2022, diperkirakan ada sekitar 149 juta anak di bawah usia lima tahun yang mengalami stunting di seluruh dunia. Angka ini mewakili sekitar 22% dari total anak-anak di kelompok usia tersebut, menandakan bahwa hampir 1 dari 5 anak mengalami masalah pertumbuhan akibat kekurangan gizi kronis.
Distribusi regional stunting lebih umum di wilayah Asia dan Afrika. Sekitar 52% dari anak-anak yang mengalami stunting berada di Asia, sementara 40% berada di Afrika. Wilayah Asia Selatan memiliki prevalensi stunting yang tertinggi, dengan negara-negara seperti India, Bangladesh, dan Nepal mengalami angka yang signifikan.
Tren perubahan selama dua dekade terakhir, prevalensi stunting global telah menurun, tetapi laju penurunannya belum cukup cepat untuk memenuhi target Global Nutrition Targets 2025 yang ditetapkan oleh WHO. Meskipun terjadi penurunan, masih terdapat kesenjangan yang besar dalam pencapaian target tersebut, terutama di negara-negara dengan tingkat stunting yang sangat tinggi.
Di Indonesia, stunting juga merupakan masalah kesehatan masyarakat yang signifikan. Prevalensi nasional menurut Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI) 2023, prevalensi stunting di Indonesia adalah sekitar 30.8%. Ini menunjukkan bahwa hampir 1 dari 3 anak di bawah usia lima tahun mengalami masalah pertumbuhan akibat kekurangan gizi kronis. Tren dan perubahan prevalensi stunting di Indonesia mengalami penurunan dari tahun-tahun sebelumnya. Pada tahun 2018, prevalensi stunting tercatat sekitar 37.2%.
Presiden Republik Indonesia telah mencanangkan target optimis menjadi 14 persen pada tahun 2024 untuk melakukan percepatan penurunan prevalensi stunting dalam hal mewujudkan generasi emas 2045. Dapat dikatakan kunci utama dalam mewujudkan mimpi tersebut terletak pada penyiapan generasi penerus bangsa yang berkualitas. Oleh karena itu, pencegahan dan penanganan stunting menjadi salah satu prioritas pembangunan nasional.
Agar implementasi intervensi penurunan stunting terintegrasi dapat berhasil maka diperlukan strategi kebijakan berupa:
- Membangun mindset di masyarakat bahwa stunting sebagai masalah kesehatan, melalui: intervensi KIE (Komunikasi, Informasi, dan Edukasi)
- Mendorong program intervensi penanggulangan stunting menjadi salah satu prioritas dilakukan melalui pembentukan kader stunting dan mendorong terbitnya peraturan bupati untuk memberi prioritas anggaran untuk penanggulangan stunting dan menjadikan luaran gizi sebagai tolok ukur keberhasilan intervensi gizi
Implementasi intervensi penurunan stunting memerlukan pendekatan multidimensi yang melibatkan berbagai sektor. Berikut adalah beberapa langkah strategis yang bisa diterapkan:
- Peningkatan gizi ibu hamil dan menyusui melallui konseling gizi dengan memberikan edukasi gizi kepada ibu hamil dan menyusui mengenai pentingnya asupan gizi yang baik serta pemberian suplemen zat besi dan asam folat
- Peningkatan gizi anak usia dini melalui pemberian makanan pendamping asi (MPASI) yang bergizi untuk anak usia 6-24 bulan.
Perbaikan akses sanitasi dan air bersih - Program imunisasi dan perawatan kesehatan
- Pembentukan posyandu remaja putri di sekolah (SMP, SMA dan PT), pelaksanaan kelas ibu hamil dan kelas ibu balita
- Pendidikan dan kesadaran Masyarakat untuk meningkatkan kesadaran akan bahaya stunting dan pentingnya gizi seimbang.
- Memberikan pelatihan keterampilan dalam pengolahan makanan sehat dan pengelolaan rumah tangga.
- Melakukan kolaborasi antar lembaga dengan melibatkan berbagai kementerian, organisasi non-pemerintah, dan sektor swasta dalam program penanganan stunting.
- Melakukan pemantauan berkala terhadap status gizi dan pertumbuhan anak.
- Evaluasi program yang telah dilakukan setiap triwulan untuk meninjau efektivitas intervensi dan menyesuaikan strategi berdasarkan hasil evaluasi.
- Dengan pendekatan yang terintegrasi dan partisipatif, diharapkan intervensi ini dapat secara signifikan menurunkan angka stunting dan meningkatkan kualitas hidup anak-anak demi mewujudkan generasi emas 2045.