Impulsive Buying, Fenomena Konsumen Selama Ramadhan

Penulis: Nisrina Hamid, S.P., M.P., CMA

(Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, Universitas Muhammadiyah Kendari)

The Power of Ramadhan, membangkitkan semangat spiritual bagi umat muslim di seluruh dunia. Bulan yang dinanti nantikan memberikan keberkahan  dan kesempatan sekaligus refleksi bagi umat islam untuk semakin mendekatkan diri kepada Allah SWT.  Namun ditengah suasana spritualitas yang meningkat dan disadari atau tidak ada satu fenomena yang menarik di bulan suci Ramadhan tersebut yaitu pembelian impulsive atau dikenal dengan impulsive buying.  Donavan (2016) mendefinsikan pembelian impulsive sebagai Tindakan membeli yang sebelumnya tidak diakui secara sadar sebagai hasil dari suatu pertimbangan atau niat membeli yang terbentuk sebelum memasuki toko. Impulsive buying adalah sesuatu yang alamiah dan merupakan reaksi yang cepat dalam diri seseorang, tetapi perlu dipahami bahwa kondisi tersebut sebagai pembelian yang irasional (tidak rasional), tidak direncanakan dan terjadi konflik pikiran dan dorongan emosional sehingga mengabaikan konsekuensi negative, namun merasakan kepuasan tanpa mempertimbangan konsekuensi yang terjadi pada saat ini dan masa depan.

Selama bulan suci ramadhan, tingkat konsumsi masyarakat mengalami peningkatan karena aktivitas berbuka puasa dan persiapan untuk merayakan Idul Fitri. Kenaikan konsumsi ini berpotensi pada resiko pembelian impulsive karena dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya:

  1. Promosi dan diskon khusus

Untuk menarik minat pelanggan banyak toko maupun pengecer menawarkan promosi dan diskon khusus. Hal ini dapat memicu pembelian impulsive   untuk membeli barang-barang yang sebenarnya tidak begitu prioritas  dan tidak dibutuhkan namun konsumen tergiur karena adanya tawaran yang menarik.

  1. Atmosfer ramadhan yang special

Suasana ramadhan yang penuh berkah dapat mempengaruhi emosi dan perilaku konsumen, sebab seseorang merasa lebih murah hati dan bersemangat untuk berbelanja dan memberi hadiah selama bulan ramadhan.

  1. Ketidaktahuan atau kurangnya perencanaan

Sebagian orang mungkin tidak mempertimbangkan anggaran  dengan hati – hati atau tidak membuat list atau daftar berbelanja yang dapat menyebabkan pembelian impulsive.

Ada tiga tipe impulsive buying yakni pertama pure impulse yaitu pembelian yang didorong oleh emosi terhadap produk yang biasanya dibeli hanya untuk memuaskan keinginan, tipe ini biasa disebut dengan impulsive murni. Kedua, reminder impulse yaitu tipe pembelian impulsive ketika konsumen membeli produk karena merasa diingatkan bahwasanya produk dirumah telah habis. Ketiga. Suggestion impulse yaitu pembelian dikarenakan tertarik pada suatu produk yang belum pernah atau baru pertamakali ditemui oleh konsumen sehingga konsumen terdorong untuk membeli dan mencobanya. Keempat, planned impulsive yaitu pembelian impulsive yang memiliki aspek perencanaan untuk membeli suatu produk. Impuls ini biasanya dipengaruhi oleh sesuatu yang tidak dapat diatasi misalnya diskon, kupon promo atau penawaran menggiurkan lainnya (Aragoncillo and Orús 2018).

Trend berbelanja online juga memainkan peran yang signifikan dalam memfasilitasi pembeian yang impulsive, bagaimana tidak para pelaku e-commerce tentunya memanfaatkan bulan suci ramadhan ini gencar menawarkan program program unggulannya mulai dari pilihan promo hingga berbagai fitur baru yang melengkapi pengalaman belanja konsumennya. Data dari similar web, menyatakan bahwa selama periode januari – desember 2023 dari lima e-commerce rupanya marketplace shopee paling banyak dikunjungi sebanyak 2,35 Milliar pengunjung dan sepanjang tahun 2023 jumlah kunjungan shopee tercata naik 41,39% (year to date)

Indonesia dengan populasi muslim terbesar di dunia, sudah pasti moment ramadhan pun memberikan dampak ekonomi yang luar biasa bagi para pelaku usaha dan dipastikan di moment ini terhadi peningkatan konsumsi atau belanja masyarakat. Data yang dirilis oleh The Trade Desk menyatakan bahwa 88% masyarakat Indonesia berencana untuk berbelanja pada Ramadhan 2024, dan kebih dari 53% masyarakat Indonesia berencana menghabiskan THR (Tunjangan Hari Raya) daripada harus ditabung. Sementara itu pada tahapan keputusan pembelian, konsumen akan melakukan riset belanja online sebulan sebelum ramadhan dan puncaknya terjadi dalam rentang waktu 7-10 hari sebelum hari Idul Fitria atau ketika masyarakat sudah menerima THR.

Hasil riset tersebut mengindikasikan bahwa tendensi konsumtif terjadi karena THR yang diperoleh dua kali lipat dari biasanya. Oleh karena itu perlu ada perubahan mindest bahwa THR yang diperoleh justru menjadi langkah awal untuk menyisihkan sebagaian dari nilai THR tersebut untuk berinvestasi jangka panjang atau ditabung. Hal lain yang tidak kalah pentingnya adalah konsumen harus membedakan antara kebutuhan dan keinginan. Kebutuhan adalah pengeluaran yang menjadi prioritas utama dan tidak bisa dihindari seperti mudik lebaran, membayar zakat fitrah dan lainnya, berbeda dengan keinginan yang pemenuhannya bisa ditunda dilain waktu dan bukan menjadi skala prioritas.

Penting untuk diketahui dan diingat bahwa pembelian impulsive atau impulsive buying dapat mempengaruhi keuangan pribadi seseorang dan sebaiknya ketika memutuskan untuk membeli sesuatu maka perlu dipertimbangkan dengan matang. Tetap sesuaikan pada anggaran dan membuat daftar belanja  menjadi salah satu cara untuk mengendalikan pembelian yang impulsive saat berbelanja dibulan ramadhan.